Saturday, February 26, 2011

Renang di Tengah Sawah

Subuh kemarin saya dibangunkan oleh ibu saya. Namun, saya tidak bertahan lama dengan kondisi melek di pagi hari, dan akhirnya saya pun terlelap kembali di dalam mimpi. Saya baru bangun lagi tepat jam 7 pagi. Oh tidak, saya panik, saya telat bangun, kuliah SKO dimulai jam 7. Dengan kesadaran setengah nyawa, saya langsung mandi, dan masih sempat keramas (hehe). Kalau bukan karena ada PR yang harus dikumpulkan kemarin, saya tidak akan buru-buru datang ke kampus. Setelah berkonsultasi dengan seorang teman muslimah yang baik hati, Rizqa, akhirnya saya masuk ke kelas setelah kuliah memasuki menit ke 40, padahal kuliah SKO pagi itu hanya 50 menit. Ya sudahlah, yang penting PR dikumpulkan. Dan ternyata tidak ada absen -___-

Usai sudah kuliah sepuluh menit saya ini, saya tidak mendapatkan apa-apa (hiks). Tiba-tiba, seorang teman lainnya, Irene, mengajak saya berenang bersama beberapa wanita lainnya, Aulia, Dwina, Niken, dan seorang lagi dari jurusan serumpun, Dep. Entah ada bisikan dari mana, akhirnya saya ikut, padahal saya tidak ada baju renang di Bandung. Dan, sudah tidak memungkinkan lagi untuk membelinya. Akhirnya saya hanya memakai kaos dan celana pendek. Saya segera pulang ke kosan untuk membawa barang-barang yang dibutuhkan.

Setelah kuliah antena, kami langsung berangkat ke Arcamanik. Dari sini lah petualangan dimulai. Arcamanik ini menurut Wikipedia merupakan suatu kecamatan di daerah Bandung, yang letaknya di sebelah timur jauh dari kampus tercinta, ITB. Kolam renang ini berada di pinggiran sebuah perumahan di Arcamanik yang nama-nama jalannya berupa jenis-jenis olahraga, ini keunikan yang pertama, yang baru saya temui hari itu. Setelah berbelok-belok entah yang keberapa kalinya di perumahan ini, akhirnya kami sampai di batas perumahan ini dengan kampung, sebuah sungai kecil. Dep pun memarkirkan mobilnya di depan rumah orang. Saya pikir tempat renang ini memiliki lahan parkir sendiri, ternyata tidak, sungguh sangat unik, keunikan kedua bagi saya.

Untuk mencapai tempat renang itu ternyata kami harus menyeberangi sungai kecil itu, ada jembatan kayunya. Setelah menyeberang, kami bertanya pada orang sekitar dimana letak tempat renang tersebut. Kata orang itu, "Ikuti jalan setapak ini saja sampai ada tembok biru." Kami pun langsung menelusuri jalan di pinggir sungai itu, jalannya sangat kecil. Ini keunikan ketiga dari tempat renang ini.
Jalan Setapak yang harus dilewati untuk mencapai tempat renang khusus muslimah di Arcamanik, Bandung
Sebelah kanan dari gambar di atas merupakan sungai kecil. Dan di samping kirinya merupakan sawah-sawah yang terbentang luas. Setelah berjalan sekitar 200 meter, kami menemukan tembok biru yang dimaksud. Tempat renang ini benar-benar dikelilingi oleh sawah berhektar-hektar. Ini keunikan keempat dari tempat ini. Sayangnya saya lupa mengambil foto sawah-sawah itu.

Keunikan-keunikan lainnya baru saya temukan setelah memasuki tempat renang ini. Gerbang renang ini tidak dijaga oleh orang khusus yang meminta bayaran seperti tempat renang biasanya. Sistemnya unik, renang dulu baru bayar. Si penjaga pun tidak menagih, tapi kami bayar atas kesadaran sendiri. Tempat renang ini "indoor", sebenarnya outdoor, tapi beratap, dan lengang. Saat saya masuk, hanya ada 2 orang yang telah selesai berenang. Tempat renang ini hanya dijaga oleh seorang ibu-ibu muda dengan seorang anaknya yang masih balita. Ukuran kolam renang ini tidak besar, mungkin hanya 10m x 8m, kalau tidak salah perkiraan.
sebagian kolam renang
Gambar di atas merupakan gambar seadanya yang saya ambil.  hanya tiga perempat dari keseluruhan kolam. Ya memang tidak besar kolamnya, tapi sangat puas karena sepi sekali.

Satu jam lebih kami berenang. Setelah berenang kami membayar. Harganya murah, hanya 8000 rupiah per orang. Namun, karena saya melanggar aturan tidak boleh menggunakan kaos berbahan katun, saya dikenakan biaya tambahan 5000 rupiah. Bahkan total yang harus saya bayarkan masih jauh lebih murah dari tempat renang langganan saya di Bekasi.

Kemudian kami kembali ke kampus, tapi kami mampir dulu di Bebek Goreng H. Slamet yang ada di Jalan Supratman. Bebeknya gurih dan besar. Sambalnya saaaangat pedas. Harganya memang dibilang tinggi untuk kalangan mahasiswa seperti saya. Namun, harga sebanding dengan kepuasan. Di tempat makan ini terdapat live music yang membawakan lagu-lagu manis dari jaman dulu sampai sekarang. Personilnya kalau saya tidak salah ada 3, pemain gitar sekaligus penyanyi, pemain biola, dan pemain gendang kalau tidak salah. Hmm, nikmatnya bebek dipadu dengan nikmatnya alunan musik. Selesai makan, kami pulang.

Perjalanan saya kemarin berakhir di sini. Lelah sekali rasanya. Kepala pun jadi pusing, kaki pegal, dan mual. Namun, saya tetap ingin bertualang kecil lagi hehe.

No comments: